Peran Penyuluh Swadaya Dalam Merubah Perilaku Petani Pada Program Pengendalian Hama Terpadu (Pht) Komoditas Padi (Kasus Pada Kelompok Tani “Tani Makmur”, Desa Sale, Kecamatan Sale, Kabupaten Rembang)

Penyuluh pertanian memiliki posisi sebagai agen perubahan yang berperan menyampaikan inovasi-inovasi pertanian kaitannya dengan pertanian berkelanjutan. Namun, kondisi di lapang mengungkapkan bahwa penyuluh pertanian lapang justru jarang berada di lapang bersama petani sehingga kegiatan penyuluhan kurang berjalan optimal. Hal tersebut disebabkan tidak proporsionalnya jumlah penyuluh pertanian lapang dengan jumlah wilayah kerjanya sehingga menyebabkan penyuluh pertanian lapang tidak selalu dapat mendampingi petani dalam kegiatan penyuluhan. Oleh karena itu, diperlukan tenaga penyuluh swadaya yang berasal dari kalangan petani sendiri. Kelebihan penyuluh swadaya dalam penyuluhan pertanian yaitu lebih mudah berkomunikasi kepada petani, lebih sering berinteraksi dengan petani dan memiliki hubungan yang lebih erat karena latar belakang yang sama. Salah satu upaya pemerintah yang melibatkan penyuluh swadaya dalam peningkatan produksi pangan yaitu program Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Program PHT ini memiliki tujuan untuk memberikan kondisi optimal bagi produksi tanaman pangan melalui upaya pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Posisi penyuluh swadaya dalam kegiatan ini sebagai pembantu penyuluh pertanian lapang yang berinteraksi secara langsung dan melakukan pendampingan bersama petani. Pemahaman mengenai pengendalian hama terpadu dengan berbagai teknik yang digunakan perlu ditanamkan kepada petani oleh penyuluh swadaya. Hal itu bertujuan agar petani memiliki pengetahuan lebih, bersikap positif dan terampil dalam penerapan PHT. Selain itu, penyuluh swadaya dituntut mampu merubah perilaku petani yang semula menggunakan pestisida kimia dalam mengendalikan hama padi. Hal tersebut menjadi tugas dan kewajiban agen penyuluhan pertanian khususnya penyuluh swadaya dalam merubah perilaku petani demi tercapainya tujuan PHT. Penelitian ini menggunakan pendekatan gabungan (mix method) untuk menganalisis peran penyuluh swadaya, perilaku petani dan karakteristik petani. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sale, Kecamatan Sale, Kabupaten Rembang pada kelompok tani “Tani Makmur” selama tiga bulan mulai bulan Maret hingga Juni 2018. Jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini sejumlah 25 orang anggota kelompok tani “Makmur” yang menjadi peserta progra PHT dan ditentukan melalui metode sensus. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, kuesioner dan dokumentasi kegiatan. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis korelasi Rank Spearman untuk mengetahui hubungan antara karakteristik petani dengan perilaku petani dan hubungan antara peran penyuluh swadaya dengan perilaku petani. Selain itu, digunakan analisi uji-t untuk mengetahui perbedaan atau perubahan perilaku petani. Data kuantitatif tersebut didukung dengan data kualitatif berupa pendapat petani di lapang mengenai topik yang berkaitan dan dianalisis melalui model interaktif Miles-Hubermann.ii Hasil penelitian menunjukan bahwa peran penyuluh swadaya sebagai motivator, diseminator, fasilitator dan konsultan di lokasi penelitian keempatnya berkategori sedang dengan persentase dari tertinggi hingga yang terendah yaitu peran diseminator (72,80%), peran motivator (71,13%), peran fasilitator (68,53%) dan peran konsultan (62,67%). Peran penyuluh swadaya belum optimal karena penyuluh swadaya masih terlalu bergantung dengan petugas Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) dan PPL. Peran penyuluh tersebut berakibat pada perubahan perilaku petani yang kurang optimal juga. Perubahan pengetahuan petani tertinggi yaitu pada materi pupuk organik sebesar 51,20%. Perubahan sikap petani tertinggi pada materi pengamatan lahan pertanian sebesar 32%. Perubahan keterampilan petani tertinggi pada materi agen hayati sebesar 36,80%. Pada analisis uji Mann-Whitney menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara perilaku sebelum dan setelah mengikuti program PHT karena mempunyai nilai signifikansi kurang dari 0.5. Hal tersebut menunjukan bahwa setelah mengikuti program PHT terjadi perubahan perilaku petani dalam mengendalikan OPT padi menjadi lebih baik karena nilai rata-rata perilaku yang meningkat setelah mengikuti program PHT. Hasil analisis korelasi menunjukan pengetahuan petani berhubungan secara positif dengan pendidikan dan jumlah tanggungan keluarga, tetapi berhubungan negatif dengan pengalaman petani. Selain itu, terdapat hubungan yang positif antara keterampilan petani dengan jumlah tanggungan keluarga. Pada aspek sikap, ternyata sikap petani tidak berhubungan dengan variabel karakteristik petani yang dianalisis dan dijelaskan oleh variabel di luar tersebut. Analisi korelasi juga menunjukan adanya hubungan antara peran penyuluh swadaya yaitu peran motivator, diseminator dan peran fasilitator dengan perilaku petani aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Pengetahuan petani berhubungan positif dengan peran motivator dan fasilitator, sedangkan keterampilan petani berhubungan positif dengan peran diseminator dan fasilitator. Aspek sikap tidak berhubungan dengan peran penyuluh swadaya, artinya peran yang telah dilaksanakan penyuluh swadaya belum mampu merubah sikap petani terhadap materi pengendalian OPT pada program PHT